Pentingnya PCR dan Swab Antigen sebagai Syarat Perjalanan

 

Photo by Medakit Ltd on Unsplash

Hello Pinkish!!

Apa kabar kalian? Semoga sehat selalu ya~ 💖

Mungkin beberapa dari kalian pernah terinfeksi virus Corona, yang menyebabkan penyakit Covid-19. Mungkin juga sebagian dari kalian, ada yang kehilangan orang-orang tersayang karena virus ini.

Sudah hampir 2 tahun virus Corona ini ada di negara Indonesia, dan ada banyak sekali upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran virus ini, seperti melakukan protokol kesehatan, adanya 3T (Test, Tracing and Treatment), program vaksinasi, PSSB, dan PPKM hingga level 1-4. Tentunya upaya atau program pemerintah ini tidak akan berhasil, tanpa adanya bantuan dari masyarakat Indonesia.

Awalnya pemerintah membatasi masyarakat untuk keluar rumah atau keluar kota, hingga akhirnya pada tanggal 2 November 2021 lalu, ada Surat Edaran Satgas Covid-19 no 22 tahun 2021 tentang Kebijakan yang berlaku bagi perjalanan darat, laut dan udara.

Namun, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan saat melakukan perjalanan, dan melakukan tes PCR atau antigen. Dengan adanya tes PCR atau antigen ini, malah menjadi perdebatan bagi masyarakat, karena harga tes ini dianggap lebih mahal daripada biaya transportasi untuk melakukan perjalanan.

Untuk itu, Ruang Publik KBR membahas tentang PCR dan Antigen Sebagai Syarat Perjalanan dengan narasumber dr. Pandu Riono, MPH,Ph.D dari Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dan Dicky Pelupessy, PhD dari Kolaborator Ilmuwan LaporCovid-19 & Ketua Lab Intervensi Krisis, FPsikologi UI, yang disiarkan melalui 100 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua, dan 104.2 MSTri FM Jakarta, dan live streaming via website kbr.id dan youtube Berita KBR, pada Rabu, 10 November 2021, 09.00-10.00 WIB

💙💙💙

Pentingnya Screening Saat Perjalanan dan Perbedaan tes PCR dengan Tes Antigen


Awalnya screening yang dilakukan untuk perjalanan adalah menggunakan tes antibodi. Tetapi tes antibodi ini dirasa kurang efektif untuk mendeteksi adanya virus corona. Sehingga pemerintah memberikan aturan baru, kalau seseorang yang hendak melakukan perjalanan keluar kota, harus melakukan tes PCR. Dengan adanya tes PCR yang harganya lumayan mahal, masyarakat pun merasa sangat keberatan melakukan tes PCR ini.

Menurut pak Pandu, sebenarnya tes menggunakan swab antigen saja sudah cukup. Karena screening ini dilakukan untuk menjamin orang yang sedang melakukan perjalanan tidak terinfeksi virus dan tidak menularkan virus corona tersebut. Tes antigen ini juga harganya lebih murah, dan sudah bisa dilakukan untuk orang yang sudah vaksin.

Sedangkan menurut pak Dicky, tes PCR seharusnya digunakan untuk mendiagnosis penyakit, dan jika melakukan screening cukup menggunakan tes antigen saja. Tes ini dilakukan untuk memberi jaminan dan kesejahteraan rakyat, agar selama perjalanan merasa aman dan tidak terinfeksi virus corona. Namun dengan adanya tes tersebut, justru memberatkan masyarakat dan berefek pada psikologis masyarakat.

Tes PCR menggunakan alat yang lebih sensitif dan bisa mendeteksi virus secara keseluruhan. Sedangkan tes antigen ini bisa memeriksa protein virus, dan bisa digunakan untuk melihat virus tersebut nular atau tidak. Kedua alat ini memiliki metode yang berbeda dan kualitas yang beda. Sehingga harganya pun sangat jauh berbeda.

💚💚💚

Pesan Penting untuk Masyarakat


Penularan virus corona ini juga bisa ditularkan oleh orang yang tidak bergejala. Biasanya anak muda yang membawa virus ini, dan tidak memiliki gejala apapun. Sehingga perlua adanya regulasi dari pemerintah.

Sebagai masyarakat, kita harus bergandeng tangan memutuskan rantai penularan virus corona ini, dengan mematuhi protokol kesehatan, melakukan vaksinasi, berjaga jarak dan mencari informasi akurat tentang virus ini.

Pak Pandu juga berpesan, bahwa Indonesia tidak perlu khawatir akan virus ini. Indonesia pasti bisa melawan pandemi ini. Pemerintah harus bisa melakukan komunikasi yang baik dengan masyarakat, terbuka dengan masyarakat, dan jangan marah jika dikritik. Pemerintah maupun masyarakat harus saling bergandengan, melakukan upaya bersama dalam melawan pandemi, dan jangan saling menjatuhkan.

Sedangkan menurut pak Dicky, patuh terhadap protokol kesehatan adalah kunci, saat kita sedang melakukan mobilitas. Kita harus belajar dari gelombang-gelombang sebelumnya, agar mobilitas yang dilakukan sekarang ini tidak menyebabkan gelombang baru.

0 Comments