Hapus Stigma Negatif tentang HIV dan AIDS, Ketahui juga Sisi Lain Sejarah Epidemi HIV dan AIDS di Indonesia

 

ilustrasi/ Anna Shvets/pexels

Hai Pinkish!! 💖

Tanggal 1 Desember kemarin kita memperingati hari AIDS sedunia. AIDS adalah penyakit yang disebabkan karena adanya infeksi virus HIV.

Ada beberapa pandangan negatif dari masyarakat, kalau seseorang yang mengidap AIDS ini harus dijauhi, agar tidak ketularan. Bahkan masih banyak kasus di luar sana, yang mengasingkan dan membuang orang yg terinfeksi HIV dan AIDS.

Stigma negatif dari masyarakat ini, bisa membuat orang yang terkena HIV dan AIDS menjadi depresi dan merasa tidak berharga.

Sesama manusia, kita tidak boleh berbuat seperti itu. Karena HIV dan AIDS itu tidak mudah menular, dan dapat disembuhkan. Bahkan orang yang terkena HIV dan AIDS bisa lebih sehat dan kuat dari pada orang yg tidak terinfeksi loh!

Kemarin tanggal 2 Desember 2021, aku mendapatkan kesempatan untuk mengikuti acara Talkshow Ruang Publik KBR dengan tema Sisi Lain Sejarah Epidemi HIV dan AIDS di Indonesia. Narasumber yang dihadirkan dalam talkshow tersebut adalah dr. Adi Sasongko yang merupakan Ketua Badan Pengawas YKIS, dan Mas Bram yang merupakan ODHA.

Kalian juga bisa mendengarkan siaran-siaran KBR melalui podcast for curious minds produksi KBR di https://kbrprime.id dan Spotify, Google Podcast, Anchor (search: KBR Prime). 

Yuk kita bahas inti dari keseluruhan acaranya.

💗💗💗

Sejarah Epidemi HIV dan AIDS di Indonesia


Sejak ditemukannya kasus HIV dan AIDS di tahun 1987, maka banyak muncul stigma dan juga penanganan untuk mengatasi HIV dan AIDS. Di Indonesia dibentuklah Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS), yang didirikan pada tanggal 22 Desember 2017 oleh Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH; Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, KAI; dan Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0019035.AH.01.04.Tahun 2017.

YKIS merupakan lembaga masyarakat yang menekankan preventif dan promotif mengenai isu-isu kesehatan, termasuk HIV AIDS, kesehatan reproduksi hingga kesehatan mental. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2020 jumlah ODHA diperkirakan ada sekitar 543ribu orang.

Target tahun 2030, Indonesia akan mengakhiri kasus HIV dan AIDS. Sejauh ini sudah ada kemajuan dengan adanya obat retroviral, sehingga angka kematian menjadi menurun. Namun hambatan untuk mengakhiri kasus ini adalah adanya stigma diskriminasi terhadap orang-orang yang mengidap HIV dan AIDS.

💗💗💗

Tahapan Perkembangan Virus HIV

Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan virus yang dapat menyerang dan menginfeksi sistem kekebalan tubuh. Karena virus ini dapat menghancurkan sel CD4, dan saat sel CD4 ini hancur oleh virus, maka seseorang yang mengidap HIV ini akan mudah terserang komplikasi penyakit yang lainnya.

Menurut dr. Adi Sasongko yang merupakan Ketua Badan Pengawas YKIS, ada 2 tahap perkembangan penyakit HIV ini. Pada tahapan yang pertama, yaitu tahapan HIV positif, pengidap HIV tidak akan mengalami gejala yang khusus. Sehingga pada tahapan pertama ini, virus HIV tidak akan bedampak pada fisik penderitanya. Bahkan virus HIV tidak akan berpengaruh terhadap intelektual, produktivitas, maupun kehidupan sosialnya. Hanya saja pada tahapan pertama ini, virus HIV sudah ada di dalam darah pengidapnya.

Pada tahapan yang kedua, orang yang mengalami HIV akan melalui tahapan AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome, yang merupakan stadium akhir dari penyakit HIV ini. Saat seseorang mengalami AIDS, maka kekebalan tubuh akan semakin menurun, karena virus telah menggerogoti seluruh sel dan tubuh pengidapnya. Sehingga tubuh tidak akan kuat melawan infeksi virus lainnya, dan ada banyak komplikasi penyakit yang akan dialami penderitanya.

💗💗💗

Penanganan HIV dan AIDS


Dalam acara talkshow yang diadakan oleh KBR, Mas Bram yang merupakan ODHA ini, membagikan pengalamannya dari awal terinfeksi hingga kondisi tubuhnya sekarang.

Awalnya Mas Bram melakukan beberapa kali tes untuk mendeteksi adanya virus HIV dan AIDS di dalam tubuhnya. Hingga akhirnya, Mas Bram terinfeksi virus HIV dan AIDS ini. Mas Bram mengaku, bahwa terinfeksinya virus ini karena semasa remajanya pernah melakukan seks bebas tanpa menggunakan pengaman.

Mas Bram memiliki fisik yang kuat dan tetap melakukan aktivitas seperti biasanya, walaupun sedang mengidap penyakit HIV dan AIDS. Karena Mas Bram rutin mengecek kesehatannya dan rajin mengonsumsi obat-obatan.

Mas Bram juga melakukan tes fungsi ginjal dan hati, karena obat yang dikonsumsi untuk menyembuhkan HIV dan AIDS ini, bisa mempengaruhi fungsi ginjal dan hati. Saat awal pengobatan, Mas Bram mengalami efek samping kepala pusing selama 10 hari.

💗💗💗

Hapus Stigma Negatif Tentang HIV dan AIDS

Menurut pengalaman Mas Bram, ada beberapa temannya yang merasa takut dan depresi, karena mendapatkan stigma negatif dari orang lain. Bahkan ada yang diusir dan dijauhi dari lingkungan sosialnya.

Begitu juga dengan dr. Adi Sasongko, beliau berpesan bahwa marilah kita pahami secara lengkap, secara utuh, secara benar apa itu HIV dan AIDS. Sehingga kita tidak perlu ketakutan secara berlebihan, karena virus HIV ini dapat dicegah dan diobati. Kita hanya perlu berwaspada agar tidak ketularan dengan virus HIV.

Penularan virus HIV ini tidak mudah menular. Virus HIV akan menular karena cairan, yang terjadi karena adanya hubungan seksual atau hubungan darah melalui jarum suntik. Sehingga masyarakat tidak perlu takut tertular, karena virus ini tidak akan mengganggu kehidupan sosial pengidapnya.


0 Comments